Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan penulis untuk membuat cerita horor jadi menarik dan menyeramkan, yaitu kepiawaian bernarasi (misalnya kemampuan menggunakan suspense, twist, atau bahkan teka-teki) dan keunikan unsur-unsur dalam cerita (misalnya adegan yang aneh, tokoh yang khas, tema yang tidak biasa).
Dalam cerita "Hujan, Ketukan, dan Bayangan" ini, penulis terlihat sudah berusaha untuk memainkan suspense lewat tempo yang lambat dan deskripsi yang samar-samar. Ia mencoba menyisipkan tulisan-tulisan dari buku harian elektronik yang ditulis oleh tokoh utamanya. Namun sejujurnya penulisan buku harian itu membuat saya agak kebingungan. Tidak ada pemisah yang jelas antara paragraf normal dan paragraf dari buku harian tersebut, kecuali tanda petik tunggal (silakan dicek lagi fungsi tanda baca ini menurut EYD). Padahal, kalau penulis mau berusaha lebih keras, tulisan-tulisan ini bisa dipisahkan dengan berbagai cara, mulai dari yang paling sederhana seperti membuatnya jadi full italic, mengganti jenis font-nya, atau yang paling merepotkan seperti menggantinya dengan gambar jpeg.
Satu-satunya hal yang saya sukai dari cerita ini adalah pada bagian akhirnya. Paragraf penutupnya menurut saya lumayan bagus. Tidak berlebihan dan cukup singkat. Namun sayangnya, perjalanan menuju paragraf terakhir itu tidak cukup menarik. Saya bahkan bertanya-tanya, apa yang sebenarnya ingin diceritakan oleh penulis? Tentang orang yang mendengar suara-suara aneh saat hujan? Bukankah itu hanya adegan biasa yang selalu ada dalam [hampir] semua cerita horor? Lalu apa menariknya?
Memang, cerita horor tidak perlu menceritakan secara detail segala sebab-akibatnya. Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar bagaimana latar belakang si hantu, apakah dia pernah jadi manusia, mengapa dia mati, apa latar belakang serta tujuannya menghantui. Kita bisa membuat cerita tentang "manusia berkepala semangka" yang berkeliaran di kebun sambil meghantam kepalanya sendiri dengan kapak, tanpa menceritakan kenapa dia bisa memiliki kepala semangka--bukannya apel atau labu. Namun tetap harus ada hal yang menarik perhatian dari cerita itu, harus ada sesuatu yang membuat pembaca shock. Kalau bukan alur ceritanya, mungkin tokohnya atau adegannya. Sayangnya, saya tidak menemukan hal seperti itu dalam cerita ini. Gaya penulisannya membingungkan, adegan-adegannya standar, dan tokohnya pun tidak ada yang menarik.
Berhubung ini adalah sebuah tantangan, jadi wajar bila penulis merasa kesulitan (karena memang itu tujuannya). Saya tentu sangat menghargai usaha penulis dalam membuat cerita ini. Terlepas apakah nanti penulis masih ingin membuat cerita horor lagi atau tidak (mudah-mudahan tidak kapok), saya berharap ia terus meningkatkan kemampuan menulisnya. Cerita horor bukanlah genre yang sangat spesial. Sama saja dengan genre-genre lainnya, sama-sama membutuhkan kreativitas dan kemampuan bercerita yang baik. Saya yakin, masih banyak yang bisa dipelajari.
No comments:
Post a Comment