Hidup di
Jakarta memang keras. Segala cara dilakukan untuk bertahan hidup di tengah gemerlapnya kota metropolitan .
Kenyataan pahit itu pula yang dirasakan pria lansia ini. Meski usianya sudah uzur, Muhammad Rosul (71) tetap bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan keluarga.
Sehari-hari, kakek Rosul bekerja sebagai pedagang pulpen di bawah lampu lalu lintas kolong flyover MT Haryono. Dia bekerja dari pagi hingga sore hari.
Dari profesinya sebagai pedagang pulpen, kakek Rosul mengaku pendapatannya tak menentu. "Cukup untuk makan saja mas," katanya saat ditemui merdeka.com, Kamis (26/2).
Setiap harinya ada puluhan pulpen yang dibawa dan ditaruh di plastik. Bila dagangan tak habis, dia kembali menenteng plastik berisi pulpen itu ke rumah.
"Saya biasa jalan pagi sampai sebelum Ashar saya pulang," ucapnya yang mengenakan kain sarung kotak-kotak, berpeci dan mengenakan koko cokelat.
Sehari-hari, dia tinggal di sebuah kontrakan di Kramat Sentiong, Senen, Jakarta Pusat. Di rumah kontrakannya, dia bersama istri yang sudah sepuh dengan seorang anaknya. Istri sudah mampu bekerja, sedangkan anaknya cuma pengangguran.
"Ya jadinya mau nggak mau saya harus kerja. Saya jual ke pengendara yang lagi berhenti di lampu merah," keluhnya.
Di usia senjanya, Kakek Rosul mengaku terkadang kondisi badannya sering tak fit. Bila sudah begitu, dia memutuskan tak bekerja.
"Dulu saya jatuh pas berdagang, punggung saya sakit, makanya saya pulang," jelasnya.
Melihat matahari mulai bergeser dari atas kepala, Kakek Rosul bersiap pulang ke rumahnya. Dia berkemas barang-barang kemudian berjalan tertatih dia menyusuri tepi jalan dan naik ke jembatan shelter Transjakarta.
"Saya pulang jalan kaki, mahal kalau naik mikrolet Rp 10 ribu saya enggak ada uang," katanya mengakhiri perbincangan dan pamit untuk pulang.