Dikisahkan Lewis, saat berusia 8 tahun dan duduk di bangku SD, ia mulai melihat video porno di ponsel salah satu temannya. Lama kelamaan, Lewis juga menyaksikan video porno di rumahnya. Bahkan, ia dan teman-temannya saling bertukar link video porno.
Tak hanya video, Lewis juga hobi mengoleksi gambar-gambar porno. Jika tidak ada orang di rumah, dia juga menyaksikan film-film di channel dewasa. Saat berusia 14 tahun, Lewis mulai mencoba menyaksikan video porno bertema BDSM (Bondage Domination, Sado-Mascochism).
"Saat itu saya belum memahami bagaimana hubungan seksual yang sehat. Yang saya tahu hanya porno dan itu cukup membuat saya ketagihan. Setiap menyaksikan video porno, saya selalu masturbasi. Tapi sekarang saya tahu porno membawa saya kepada hubungan yang tidak sehat dan bisa membuat saya melakukan hal-hal yang mempermalukan diri saya sendiri," tutur Lewis.
Semua kebiasaan Lewis berubah sejak ia bergabung dengan National Society for the Prevention of Cruelty to Child (NSPCC). Lewis mengaku ia lebih mengerti bagaimana hubungan seksual yang sehat dan memang seharusnya hubungan seks dilakukan setelah pasangan menikah. Apalagi, kini Lewis sudah memiliki kekasih.
Ia bercerita, ada seorang temannya yang putus dengan sang kekasih hanya gara-gara si kekasih tidak mau melakukan apa yang ada di video porno. Belajar dari apa yang dialami sang teman, Lewis bisa lebih menghargai seorang wanita dan berusaha menjaga diri agar terhindar dari seks bebas.
"Sekarang saya paham bagaimana hubungan seks yang nyata dan yang ada di video porno. Saya mengimbau kepada remaja, masih banyak hal lain yang bisa dilakukan di luar rumah daripada sekadar menonton porno dan bermasturbasi," terang Lewis, dikutip dari Mirror, Kamis (2/4/2015)
Bukan rahasia lagi jika saat ini remaja bisa saja menyaksikan pornografi. Bahkan bagi remaja bernama Lewis (bukan nama sebenarnya) ini, ia mengaku sudah menyaksikan konten porno sejak berusia 8 tahun.
Dikisahkan Lewis, saat berusia 8 tahun dan duduk di bangku SD, ia mulai melihat video porno di ponsel salah satu temannya. Lama kelamaan, Lewis juga menyaksikan video porno di rumahnya. Bahkan, ia dan teman-temannya saling bertukar link video porno.
Tak hanya video, Lewis juga hobi mengoleksi gambar-gambar porno. Jika tidak ada orang di rumah, dia juga menyaksikan film-film di channel dewasa. Saat berusia 14 tahun, Lewis mulai mencoba menyaksikan video porno bertema BDSM (Bondage Domination, Sado-Mascochism).
"Saat itu saya belum memahami bagaimana hubungan seksual yang sehat. Yang saya tahu hanya porno dan itu cukup membuat saya ketagihan. Setiap menyaksikan video porno, saya selalu masturbasi. Tapi sekarang saya tahu porno membawa saya kepada hubungan yang tidak sehat dan bisa membuat saya melakukan hal-hal yang mempermalukan diri saya sendiri," tutur Lewis.
Semua kebiasaan Lewis berubah sejak ia bergabung dengan National Society for the Prevention of Cruelty to Child (NSPCC). Lewis mengaku ia lebih mengerti bagaimana hubungan seksual yang sehat dan memang seharusnya hubungan seks dilakukan setelah pasangan menikah. Apalagi, kini Lewis sudah memiliki kekasih.
Ia bercerita, ada seorang temannya yang putus dengan sang kekasih hanya gara-gara si kekasih tidak mau melakukan apa yang ada di video porno. Belajar dari apa yang dialami sang teman, Lewis bisa lebih menghargai seorang wanita dan berusaha menjaga diri agar terhindar dari seks bebas.
"Sekarang saya paham bagaimana hubungan seks yang nyata dan yang ada di video porno. Saya mengimbau kepada remaja, masih banyak hal lain yang bisa dilakukan di luar rumah daripada sekadar menonton porno dan bermasturbasi," terang Lewis, dikutip dari Mirror, Kamis (2/4/2015).
Berkat bantuan NSPCC, Lewis juga merasa lebih sehat dan ia bisa bergaul dengan banyak orang di sekitarnya melalui beragam kegiatan, misalnya main sepak bola atau ngegym. NSPCC sendiri memang fokus untuk membantu anak-anak dan remaja yang memiliki masalah dengan psikologisnya, termasuk ketika mereka merasa kecanduan sesuatu. Nantinya, mereka akan dibantu oleh konselor yang merupakan relawan di NSPCC.
s
No comments:
Post a Comment